Setelah menjalani operasi, tepat di hari keempat, rasa kebahagiaan yang dialami Maria berubah sedih, lantaran sang suami menceraikannya tanpa sebab. Ia tidak tahu apa yang harus buat, sang suami pergi meninggalkannya.
Maria adalah seorang
perempuan berbadan tinggi yang hidup jauh dari perkotaan. Setiap hari Ia
membantu orangtuanya berkebun dan urus ternak di ladang. Ia dilahirkan dari pasangan
yang setiap hari hanya berkebun. Kehidupan keluarga Maria jauh berbeda dengan
perempuan yang lain dikampungnya.
Suatu hari sang ibu menyuruhnya pergi ke pasar yang tidak jauh dari rumahnya. Sesampai di pasar Ia mengenal dengan seorang lelaki yang kampungnya lumayan jauh dari kampungnya. Keesokkan harinya, sang lelaki datang berkunjung ke rumah Maria tanpa sepengetahuannya. Ketika lelaki itu datang, Ia tidak ada di rumah, Ia berada di kebun bersama dengan kedua orangtua dan saudara kandungnya, Sipri.
Lalu sang lelaki yang barusan
tiba di depan rumah Maria mengetuk pintu depan hampir puluhan kali. Pintu rumah tak
kunjung buka. Seorang kakek tua lewat samping rumahnya Maria dan hendak pergi
ke kebun. “Kakek, ini rumahnya Maria? Tanya sang lelaki itu. “Ia nak betul ini
rumahnya, mereka lagi di kebun nak”, jawab sang kakek dengan nada halus. Lalu
kakek jalan menuju kebunnya.
Setahun lamanya, Maria dan lelaki tersebut bertemu di pulau Dewata atau kota Bali. Di kota tersebut mereka beradu pandang dan mengingat kembali tentang pertemuan pertamakali mereka di pasar waktu itu.
“Hei, kamu Maria kan? Tanya sang lelaki itu.
“Ia benar, saya Maria, kamu siapa?” Jawab Maria dengan singkat.
“Kamu sudah lupa dengan saya? Yang waktu itu kita berjumpa pertamakali di pasar, kalau tidak salah pada setahun yang lalu, kamu ingat?, kata sang lelaki itu.
Maria diam sembari mengingat kembali pertemuan awal mereka di pasar pada setahun lalu. Rupanya Maria mulai bingung dan menatap wajah lelaki itu penuh serius.
“Maaf, kamu Matius? Tanya Maria dengan penuh keraguan. Iya benar, saya Matius, gimana kamu sudah ingat? Jawab lelaki itu sambil senyum senyum manja.
Maria pun
langsung memeluk Matius dan menangis.
Hampir setahun mereka
berkenalan dan berpacaran tanpa ada pertengkaran. Mereka memutus untuk tinggal
bersama di rumah kontrakan. Maria menelpon kedua orangtuanya di kampung dan
memberitahukan bahwa Ia sudah bersuami. Untung orangtuanya terima baik. Setelah
mereka berbicara panjang lebar lewat telepon, kedua orangtuanya menyuruh Maria
dan suaminya Matius untuk kembali ke manggarai urus adat. Maria dan Matius meng-ia-kan
permintaan kedua orangtua Maria.
Setelah mereka berdua
tiba dikampungnya Maria, kedua orangtua Maria sambut anak dan menantunya dengan
acara adat. Semua keluarga menangis terharu. Hampir tiga bulan mereka di
kampung halaman, keduanya memutus untuk kembali ke Bali, tempat mereka
menyambung hidup.
Satu tahun kemudia,
Maria melahirkan anak pertamanya, berjenis kelamin laki-laki. Matius melompat
kegirangan karena doanya terkabul. Matius sangat berharap anak pertama harus
laki-laki. Maria melahirkan di Rumah Sakit terbesar di kota Bali.
Setiap hari kehidupan
mereka baik-baik saja. Mereka tidak suka sibuk dengan rumah tangga orang lain.
Mereka memfokus diri untuk kebahagian keluarga kecil mereka. Tepat anak sulung
mereka umur dua tahun, Maria mengandung lagi. Ia melahirkan anak yang kedua,
berjenis kelamin perempuan. Kali ini Ia melahirkan tidak normal seperti
sebelumnya, Ia menjalani operasi. Operasi berjalan dengan lancar. Kebetulan ayah
Maria sudah tiba di Bali sebelum Maria menjalani operasi.
Setelah menjalani
operasi, tepat di hari keempat, rasa kebahagiaan yang dialami Maria berubah
sedih, lantaran sang suami menceraikannya tanpa sebab. Ia tidak tahu apa yang
harus buat, sang suami pergi meninggalkannya. Penderitaan tentu sudah meliputinya
dan menyerangnya pelan-pelan. Tetapi, Ia tidak putus asa, tetap semangat dan tabah
menjalani hidup. Ketika anak kedua yang perempuan, sang kakek membawanya ke
Manggarai.
Singkat cerita, kedua
orangtua Maria meninggal dunia tepat anak perempuanya duduk di kelas dua
sekolah dasar. Tentu pikiran maria semakin kacau dan tenang. Ia pun tetap
berjuang demi kebahagiaan kedua anaknya.
Ketika anak sulungnya
berumur dua puluh tahun, Ia memohon kepada sang ibu “Maria” untuk pergi
merantau. Sang ibu meng-ia-kan permintaan anaknya untuk merantau. Sampai
sekarang anak sulungya tak kunjung pulang, sudah tujuh belas tahun. Lalu anak
kedua yang perempuan, sekarang sudah kuliah dan Ia pun tak pernah henti menanya
sang ayah kepada Ibunya. Sang ibu hanya diam dan menetes air mata di pipi
mungilnya.
Masih ada cerita lanjutannya, jangan lupa komentar.
Aldi J // red