TUHAN BOLEHKAN AKU MENCINTAI SEORANG GEMBALAMU?

 Oleh Tanpa Nama

(Sumber.blogspot.com)

Aku bersalah karena dengan tidak segaja membuatmu jatuh cinta, pilihan itu ada di pihakmu, aku mana- mana saja. Intinya kalau keluar, keluarlah baik–baik. Ingat keluarga, dan banyak hal

Senja itu, berbeda dari senja sebelumnya, senja yang membuatku jatuh cinta hanya dengan kata tenanglah!. Alasan itulah aku menyukai senja, ia senja yang kau jadikan untuk membuatku hampir tinggal.


Zaman itu seorang OMK Putri yang lumayan aktif mengikuti kegiatan di gereja paroki bergulat dengan masalah pribadi mencintai dan dicintai. Rimfa adalah nama gadis itu, sedang menjalin hubungan dengan dua orang lelaki yang satu sangat dicintainya dan yang satu sangat mencintai Rimfa.


Dengan mata sembab Rimfa menceritakan semua masalah pribadinya dengan pembimbing OMK. Pembimbingnya adalah seorang Diakon  yang bertugas di Paroki tersebut. Dia terkenal dengan pembimbing yang cuek, hitam manis, penyanyang dan romantis. Dengan sabar sang Diakon mendengarkan keluh kesahku. Setelah semuanya selesai dengan santainya sang Diakon berkata tenanglah! Belajarlah dari motto imamatku, itu akan menyeselesaikan semua masalahmu.


Kata- kata sang Diakon berkecamuk dalam otak ku. Bagiku itu bukan solusi. Aku ingin solusi bukan kata–kata penghibur. Berontak dalam hati, tak tahan menahan rasa penasaran. Aku pun memberanikan diri untuk mengirimkan pesan singkat kepada sang Diakon. “Malam Diakon, maaf mengganggu”. Tanpa basa-basi lama menunggu balasan. “Malam enu, tidak menggangu, baru selesai makan, ada apa?”, jawab sang Diakon. Jemariku bergetar ketika hendak membalasnya, “Aku tidak mengerti Diakon pu kata – kata Tenanglah!”. Sang Diakon membalas “Markus 4 :35-41. Setelah membaca pesan itu aku pun bergegas mengambil Kitab Suci dan membaca ayat demi ayat sambil merenung. Yesus yang menghardik angin ribut. Di sini baru aku paham maksud dari Diakon. Setelah aku membaca dan merenung ayat tersebut, aku membalas terimakasih dan tak ada balasan lagi darinya.


Malam itu jadwal latihan koor persiapan minggu pentekosten yang akan di tanggung oleh OMK. Ketika sampai di halaman gereja, Diakon kembali mengirim pesan singkat, “saya tidak  senang melihatmu patah hati”, demikian pesan masuk dari Diakon pada habdphone-ku. Aku gugup, dan iseng menjawab. Diam tak bisa membalas. Dalam hati ah Tuhan ada apa ini, kenapa aku tersipu membacanya?.


Semakin akrab dan intenslah kami berkomunikasi. Sepertinya aku tahu bahwa dia menyukaiku. Malam itu tanggal 12 Februari, ada pesan masuk “saya sudah tidak bisa menahannya, harus saya ungkapkan!”, demikian pesan masuk dari Diakon. 


Ada apa Diakon, ada yang salah denganku?, balasku singkat. 


Beberapa menit kemudian, sang Diakon membalas, “maaf lama saya membalasnya, ah..main gila biasa saja, saya lagi patah hati jangan mengisi kekosonganku, saya mencoba bercanda, saya menyukaimu, dan mau menjadi orang terdekatmu. Saya tau kau keberatan dengan status saya, cobalah untuk jangan memandang sebutan didepan namaku, pahamilah aku sebagai itu. Jangan malu dengan teman- teman OMK Kalau mereka tau. Aman dan makasih e...besok datang latihan agak telat biar saya menunggu.

 

Sudah berjalan satu bulan dengan hubungan baik itu, Diakon meminta untuk menelponnya. Dengan bodoh aku menelponnya. Kami omong panjang lebar tak ada isi pentingnya.

 

Satu malam ketika selesai latihan koor Diakon memberikanku buku mazmur, sesampai di rumah, pesan masuk “sudah buka mazmur?, bukalah ada surat untukmu didalamnya”. Aku pun membukanya dengan pelan, karena suratnya terlipat dengan rapi.

 

Dulu saya takut untuk jatuh cinta. Saya memiliki kriteria yang sangat tinggi dalam memilih pacar, tapi dengan kau patahkan semua kriteria. Saya menyadari setinggi apapun kriteria tentang pasangan, akan kalah ketika kau jatuh cinta tanpa alasan. Jangan bertanya alasannku mencintaimu. Minggu depan saya menjalankan ret-ret untuk pentabisahan. Jawabanmu menentukan pilihannku, jika kau jawab iya, mari kita lanjutkan hubungan kita.”


Demikian isi surat tersebut. 


Setelah membaca surat tersebut aku keringat dan gugup. Aku beranikan diri untuk membalasnya kembali. 


“Aku bersalah karena dengan tidak segaja membuatmu jatuh cinta, pilihan itu ada di pihakmu, aku mana- mana saja. Intinya kalau keluar, keluarlah baik–baik. Ingat keluarga, dan banyak hal”.


Beberapa bulan kemudian sang Diakon akhirnya di thabiskan menjadi seorang Imam. Dia bertugas di paroki yang sebelumnya sebagai tempat praktek diakonatnya. Dia sebagai pastor kapelan di parokiku. Hubungan kami baik-baik saja dan sampai aku menikah, dia yang memberikan sakramen pernikahan. Dia menitipkan pesan untuku, 


“saya belum bisa mencintaimu dengan rapi, merindukanmu saja sudah membuatku berantakan. Saya ingin mencintaimu lebih lama, dari yang kau sebut selamanya. Terpaksa saya meng-istrahat-kan rinduku yang sudah lama menyerangmu. Jaga baik kehidupan rumah tanggamu, kamu luar biasa dan membuat saya kagum.



Edt Aldi J





wartatulis

wartatulis

3 Komentar

  1. Kerennn editor.....🙏🙏

    BalasHapus
  2. Mantap Keren cerpennya Weta Momang@ Ririn Pandong. Terus menulis, merawat ingatan telah beku, kemabali di cairkan kembali. Salam satu pena

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Slider

Recent in Sports

3/recentposts

Wisata

Favourite

News Scroll

Subscribe Us

Pages

Facebook