Tidak semua orang tahu jadi fotografer, mungkin hanya orang-orang tertentu. Bayaran juga cukup mahal, ada yang ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Menjadi fotografer tidak mengenal gensi tentunya yang penting menghasilkan uang. Biasanya bulan-bulan romantis bagi pasangan yang masuk pelaminan atau pernikahan pada bulan Juli sampai Agustus, ada juga yang pada bulan Desember. Momen-momen romantis bagi pasangan yang hendak masuk pelaminan dan pernikahan tentu menginginkan gambar yang baik. Seorang fotografer selalu setia dalam memotret orang atau pasangan, baik dari sisi kanan atau pun sisi kiri. Pokoknya sesuka orang atau pasangan tersebut.
Hal itu yang dialami oleh seorang Ratna. Seorang gadis desa yang sekolah khusus di bidang fotografer. Ratna, menempuh pendidikan tinggi di tanah Jawa. Ia memilih prodi desain komunikasi dan visual. Seperti kita ketahui, prodi ini lebih cenderung ke bakat bakat, seperti menggambar, fotografer dan lain sebagainya. Ratna, study khusus di bidang fotografer. Jadi, Ia tahu dalam memotret dari arah mana saja sesuai selera.
Selama di tanah Jawa, Ia mengenal sosok lelaki yang tampan. Mereka berjumpa pertamakali di salah satu tempat pesta pernikahan, kebetulan Ratna, sebagai fotografer pasangan pernikahan tersebut. Ketika sesi dansa Ratna, gadis desa yang cantik diajak oleh seorang cowok yang berpenampilan unik. Sehabis dansa, mereka ngobrol di sudut panggung pernikahan, persis dekat sound. Yeah, mungkin mereka berkenalan atau apa, kita tidak tahu. Tentunya, mereka saling tukar nomor whatsaap, uniknya sampai selfie bersama.
Seminggu setelah itu, pesan masuk di nomor whatsaapnya Ratna.
“Pagi enu, lagi buat apa g, save eee Stefan, cowok yang berkenalan dengan ite waktu pesta pernikahan kemarin”. Ratna, tidak tunggu lama, langsung membalas pesan whatsaap tersebut. “Malam juga nana, ok nana saya save emm, save juga saya punya eee, Ratna”. Mereka saling mengirim foto bersama waktu pesta pernikahan. Tentu pertemuan di pesta pernikahan waktu itu bukan pertama dan terakhir, tentu ada lanjutannya. Cowok itu mengajak Ratna, untuk bertemu di salah satu café terdekat, dan cocok untuk berpacaran.
Tibalah waktunya pertemuan yang mereka rencanakan di café itu. Mereka langsung memesan makanan dan minuman. Mereka berbicara panjang lebar terlebih khusus mengenai pendidikan di tanah Jawa. Setengah jam mereka duduk bersama sambil mendengar alunan musik yang disajikan group band dari café itu. Stefan memegang tangan Ratna dan mengungkap perasaan cintanya tanpa tunggu lama.
“Enu, sebelumnya saya minta maaf, sejak kita perkenalan hingga kita bertukaran nomor whatsaap, saya memiliki perasaan cinta latang ite. Jika ite berkenan, ite bisa menjawab sekarang”, dalam hati Stefan penuh gemetar dan takut. “Nana, terimakasih ite telah mengungkap perasaan cinta untuk saya. Jujur nana, saya juga memiliki perasaan yang sama latang ite, sejak kita berjumpa pertamakali”, demikian balasan Ratna, penuh dengan mata syahdu. Stefan pun tersenyum dan langsung merangkul Ratna. Waktu sudah menuju pukul 21.17, mereka berdua memutuskan pulang ke kos masing-masing. Stefan tentu tidak lupa mengantar kekasih barunya ke kos dengan menggunakan motor kawasaki.
Kebetulan Stefan kuliah di kampus yang sama dengan Ratna, tetapi beda prodi. Stefan prodi hukum dan Ratna, prodi desain komunikasi visual. Setiap ke kampus mereka selalu berduaan. Ratna, selalu antar jemput oleh kekasihnya, Stefan. Mereka berdua sama-sama di semester akhir, tentu sama-sama tidak nyaman di kasur, memikir skripsi yang tak kunjung usai.
Setahun kemudian, Stefan hilang kabar. Setiap kali Rana, menelpon nomornya selalu di luar jangkauan. Facebook dan instragramnya pun tidak pernah aktif. Dalam hati Ratna, mungkin Stefan sudah menikah. Selama dikampungnya Ratna, selalu sibuk memotret pasangan yang hendak ke pelaminan dan juga pernikahan. Ratna, juga sangat apik dalam mendesain undangan apa saja, termasuk undangan pernikahan.
Anggia gadis desa yang sangat cantik. Ia satu kampung dengan Ratna. Suatu hari Ia ke rumah Ratna, untuk meminta bantuan memotret kakaknya dengan pasangannya saat pelaminan akhir pekan ini. Handphone Ratna, berdering hampir tiga menit lamanya. Ratna, langsung angkat telepon tersebut, “Halo Anggia, selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?”. “Malam juga Ratna, tentu saya ada minta bantuan denganmu. Besok saya kerumahmu untuk membahasnya”, balas Anggia.
Keesokan harinya Anggia ke rumah Ratna, dengan motor ojek. Mereka duduk berdua di bawah bale-bale depan rumah Ratna, sambil minum secangkir kopi aroma yang menyengat dan mengeluarkan asap ke langit-langit bale-bale. “Ok Anggia, apa yang bisa saya bantu?”, tanya Ratna, sambil mengutak-atik laptop miliknya. “Oh iya Ratna, akhir Minggu ini kakak saya masuk minta, kami satu keluarga percaya kamu untuk memotret mereka nanti”, jawab Anggia. Rupanya Ratna, tidak ada waktu, karena bertepatan dengan pernikahan teman cowoknya.
“Aduh maaf Anggia, bukan artinya saya menolak, saya ada memotret teman saya nanti, Ia menikah akhir pekan ini. Mereka percaya saya untuk memotret mereka, mulai dari pagi sampai malam pesta”, jawab Ratna, sambil mendesain undangan pernikahan di laptop miliknya. Sehabis minum kopi, Anggia pamit dan mencari fotografer yang lain.
Enam bulan kemudian, ibu Yani kakak dari Anggia menikah. Anggia dan keluarga besar meminta Ratna, untuk fotografer. Kali ini Ratna, tentu meng-Ia-kan, karena Ia sedang tidak bekerja atau job kosong.
Job kali ini rupanya Ratna, sangat sedih. Karena cowok yang Iya sayangi dan cintai sejak kuliah di tanah Jawa sampai sekarang, ternyata sudah memiliki orang baru. Pantasan hilang kontak. Sebelum masuk Gereja Ia menagis, rupanya Ia sangat menyesal mengenal cowok itu. Ratna, sempat pulang dan pamit duluan dengan alasan sakit. Mau bagaimana lagi, terpaksa harus jalani, demi job.
Waktu Ratna, memotret pasangan pernikahan, Ia melihat mata Stefan berbinar-binar. Rupanya menangis. Ratna, tetap semangat dalam memotret. Ia tidak memikirkan masa lalunya bersama Stefan di tanah Jawa.
Tepat pukul 22.15, Ratna, rupanya tidak tahan lagi untuk menangis. Sehabis memotret acara potong kue tar, Ia langsung pamit dan pulang ke rumahnya. Kebetulan tidak jauh lokasi acara dengan rumahnya. Sampai dikamanya, Ia mengambil secarik kertas dan pulpen, lalu Ia menulis, “Job hari ini, 26 Juli 2024 sangat menyakitkan”, lalu Ia mengambil kertas tersebut tempel di dinding kamarnya.
Tidak puas dengan tulisan itu, Ia mengambil lagi kertas, dan menulis demikian, “Mantan hadir jadi fotografer pernikahan", kertas lainnya lagi Ia menulis, ehh nana ba lehau taung ata daat, bo keta dia gauk danong nana, ba koe lewae dureng eros hau cpisa".
Yeah, mau gimana lagi kata-kata emosi sebegai bentuk ungkapan kekecewaan dan penyesalan seorang Piyi.
Editor || Redaksi
Sangat Kren kak👍🙏sukses truh
BalasHapusSiap. Terimakasih kak, jika ada tulisan silahkan japri lewat wa yang tersedia...heheh
Hapus