Kisah Perjuangan Seorang Maria

(sumber blogspot.com)


Setelah menjalani operasi, tepat di hari keempat, rasa kebahagiaan yang dialami Maria berubah sedih, lantaran sang suami menceraikannya tanpa sebab. Ia tidak tahu apa yang harus buat, sang suami pergi meninggalkannya.


Maria adalah seorang perempuan berbadan tinggi yang hidup jauh dari perkotaan. Setiap hari Ia membantu orangtuanya berkebun dan urus ternak di ladang. Ia dilahirkan dari pasangan yang setiap hari hanya berkebun. Kehidupan keluarga Maria jauh berbeda dengan perempuan yang lain dikampungnya.


Suatu hari sang ibu menyuruhnya pergi ke pasar yang tidak jauh dari rumahnya. Sesampai di pasar Ia mengenal dengan seorang lelaki yang kampungnya lumayan jauh dari kampungnya. Keesokkan harinya, sang lelaki datang berkunjung ke rumah Maria tanpa sepengetahuannya. Ketika lelaki itu datang, Ia tidak ada di rumah, Ia berada di kebun bersama dengan kedua orangtua dan saudara kandungnya, Sipri. 


Lalu sang lelaki yang barusan tiba di depan rumah Maria mengetuk pintu depan hampir puluhan kali. Pintu rumah tak kunjung buka. Seorang kakek tua lewat samping rumahnya Maria dan hendak pergi ke kebun. “Kakek, ini rumahnya Maria? Tanya sang lelaki itu. “Ia nak betul ini rumahnya, mereka lagi di kebun nak”, jawab sang kakek dengan nada halus. Lalu kakek jalan menuju kebunnya.


Setahun lamanya, Maria dan lelaki tersebut bertemu di pulau Dewata atau kota Bali. Di kota tersebut mereka beradu pandang dan mengingat kembali tentang pertemuan pertamakali mereka di pasar waktu itu. 


“Hei, kamu Maria kan? Tanya sang lelaki itu. 


“Ia benar, saya Maria, kamu siapa?” Jawab Maria dengan singkat. 


“Kamu sudah lupa dengan saya? Yang waktu itu kita berjumpa pertamakali di pasar, kalau tidak salah pada setahun yang lalu, kamu ingat?, kata sang lelaki itu. 


Maria diam sembari mengingat kembali pertemuan awal mereka di pasar pada setahun lalu. Rupanya Maria mulai bingung dan menatap wajah lelaki itu penuh serius. 


“Maaf, kamu Matius? Tanya Maria dengan penuh keraguan. Iya benar, saya Matius, gimana kamu sudah ingat? Jawab lelaki itu sambil senyum senyum manja. 


Maria pun langsung memeluk Matius dan menangis.


Hampir setahun mereka berkenalan dan berpacaran tanpa ada pertengkaran. Mereka memutus untuk tinggal bersama di rumah kontrakan. Maria menelpon kedua orangtuanya di kampung dan memberitahukan bahwa Ia sudah bersuami. Untung orangtuanya terima baik. Setelah mereka berbicara panjang lebar lewat telepon, kedua orangtuanya menyuruh Maria dan suaminya Matius untuk kembali ke manggarai urus adat. Maria dan Matius meng-ia-kan permintaan kedua orangtua Maria.


Setelah mereka berdua tiba dikampungnya Maria, kedua orangtua Maria sambut anak dan menantunya dengan acara adat. Semua keluarga menangis terharu. Hampir tiga bulan mereka di kampung halaman, keduanya memutus untuk kembali ke Bali, tempat mereka menyambung hidup.


Satu tahun kemudia, Maria melahirkan anak pertamanya, berjenis kelamin laki-laki. Matius melompat kegirangan karena doanya terkabul. Matius sangat berharap anak pertama harus laki-laki. Maria melahirkan di Rumah Sakit terbesar di kota Bali.


Setiap hari kehidupan mereka baik-baik saja. Mereka tidak suka sibuk dengan rumah tangga orang lain. Mereka memfokus diri untuk kebahagian keluarga kecil mereka. Tepat anak sulung mereka umur dua tahun, Maria mengandung lagi. Ia melahirkan anak yang kedua, berjenis kelamin perempuan. Kali ini Ia melahirkan tidak normal seperti sebelumnya, Ia menjalani operasi. Operasi berjalan dengan lancar. Kebetulan ayah Maria sudah tiba di Bali sebelum Maria menjalani operasi.


Setelah menjalani operasi, tepat di hari keempat, rasa kebahagiaan yang dialami Maria berubah sedih, lantaran sang suami menceraikannya tanpa sebab. Ia tidak tahu apa yang harus buat, sang suami pergi meninggalkannya. Penderitaan tentu sudah meliputinya dan menyerangnya pelan-pelan. Tetapi, Ia tidak putus asa, tetap semangat dan tabah menjalani hidup. Ketika anak kedua yang perempuan, sang kakek membawanya ke Manggarai.


Singkat cerita, kedua orangtua Maria meninggal dunia tepat anak perempuanya duduk di kelas dua sekolah dasar. Tentu pikiran maria semakin kacau dan tenang. Ia pun tetap berjuang demi kebahagiaan kedua anaknya.


Ketika anak sulungnya berumur dua puluh tahun, Ia memohon kepada sang ibu “Maria” untuk pergi merantau. Sang ibu meng-ia-kan permintaan anaknya untuk merantau. Sampai sekarang anak sulungya tak kunjung pulang, sudah tujuh belas tahun. Lalu anak kedua yang perempuan, sekarang sudah kuliah dan Ia pun tak pernah henti menanya sang ayah kepada Ibunya. Sang ibu hanya diam dan menetes air mata di pipi mungilnya.


Masih ada cerita lanjutannya, jangan lupa komentar.




Aldi J // red

 

 

wartatulis

wartatulis

إرسال تعليق

أحدث أقدم

Slider

Arsip Blog

Recent in Sports

3/recentposts

Wisata

Favourite

News Scroll

Subscribe Us

Pages

Facebook