Lorong setapak kampung
sangat ramai. Kesebelasan baris rapi menuju lapangan turnamen. Kebetulan pemain
depan dengan kostum nomor punggung 7 adalah saya sendiri. Saya sangat suka
nomor punggung 7. Sebelumnya saya sebagai penjaga gawang yang lincah menangkap
bola dari tendangan keras kulit bundar. Namun kali ini saya mencoba sebagai
otak provokator gol ke gawang lawan.
Sebelum kami menuju ke
lapangan turnamen, kami adakan pemanasan agar bisa menjinak lawan dengan taktik
yang sulit dibaca. Sang officail club menyuruh kami berbaris rapi dan berjalan
pelan menuju lapangan turnamen. Jumlah pemainnya hanya 14 orang. Frater semua.
Pada laga pertama melawan club “Pintu Surga”. Club ini cara bermainnya sangat
keras tidak seperti club lain. Boleh dikatakan angkat kaki serata kepala. Keras
coiiii.
Ketika saya menggocek
bola gaya Ciro, seorang pemain lawan mendobrak dari belakang dan menghasilkan
kartu kuning pertama baginya. Tanpa peringatan terlebih dahulu dari sang wasit.
Karena itu sebuah pelanggaran, teman-teman se-team mempercayakan saya
mengeksekusikan tendangan bebas. Perkiraan 7 meter dari daerah 16. Saya
meletakkan baik bolanya, pokoknya persis gaya Ciro, ehheheh…Saya mendengar
teriakkan dari para vans club kami, “jinakkan bola itu, kasih patah mistar
gawang” yang lainnya lagi “Frater kasih jebol sa itu gawang”. Hati saya dak dik
dug, semoga saya sebagai otak provokator gol pertama sebelum teman lain. Sang
wasit yang memimpin pertandingan meniup pluit sebagai tendangan bebas dipersilahkan.
Saya berpikir bolanya meluncur jauh diatas mistar gawang lawan, padahal bolanya
masuk pada sudut bagian atas gawang, dan melahirkan gol pertama bagi team kami.
Saya pun lari ke sudut lapangan dan selebrasi persis gaya Ciro sang legend All
Nasar itu.
Para vans berteriak,
fraterrr kapann ekkssssnya, hahahah…Biasa kalau para vans team kami itu nona
nona semua, tidak heran mendengar komentar seperti itu. Habis selebrasi saya
langsung ke tengah lapangan dan menempati posisi awal. Dua puluh tiga menit
kemudian pertandingan babak pertama telah usai. Scor 1:0. Wasit meniup pluit
sebagai tandai berakhirnya pertandingan babak pertama. Kami se-team menuju luar
lapangan untuk beristrahat lima menit dan mengatur kembali strategi yang ketat.
Pada babak kedua saya tetap pemain depan, sebagai otak eksekutor dan provokator
gol.
Pertandingan babak kedua
mulai dan wasit meniup peluit. Lima menit kemudian handsball salah satu
pemain petahana team kami dan melahirkan tendangan pinalti bagi lawan. Otak
eksekutor gol mereka dengan nomor punggung 7 sama seperti saya, namun kali ini
dia yang sebagai otak eksekutor ini gagal mencetak gol. Berhasil di tepis oleh
penjaga gawang kami dengan nomor punggung 119. Lincahannya dalam merayap untuk
menangkap bola hampir sama persis dengan Bufon kiper terbaik liga Eropa. Nona
nona cantik di luar lapangan masih teriak komentar yang sama “Frater kapan
keluar” teriakan itu menggaung di telinga teman saya yang jauhnya 5 meter dalam
garis lapangan. Persis depan nona cantik itu. Heiii nona kakak Frater akan
keluar dalam bulan mendatang, jawab sang Frater dari dalam lapangan,
hahahah..Frater ini ada ada aja..
Akhirnya pertandingan
selesai dengan scor 1:0. Club Pintu Surga berhasil digeser jauh dari
pertandingan selanjunta. Mereka gagal dan tidak lolos delapan besar.
Setelah pertandingan kami
berkumpulan di depan rumah seorang warga. Kami bergoyang bersama dengan para
vans kami di kampung itu. Yang lain lagi asyik duduk dan membuka sepatu bola,
yang lain lagi sedang menyapa para penonton yang pulang.
Salah satu nona muncul
dari arah dapur dan membawa air dingin bercampur extrajos. Nona cantik itu
mempersilahkan saya mengambil gelas yang di pegang olehnya. Setelah saya minum,
Ia mendekati dan duduk, persis di samping saya. Minta foto bersama. Maklum foto
bersama dengan otak provokator gol, ehhehehe..Selesai foto Ia minta nomor whatsaap.
Tepat pukul 20.00, handphone
saya berbunyi tanda ada pesan masuk. Malam kakak frater, demikian kalimat
dari pesan tersebut. Saya tidak menjawab dan mengabaikan. Lima menit kemudian,
pesan masuk lagi. Frater kapan keluar? Saya pun tersenyum dan handphone mati
sendiri akibat arus habis..
Ini bukan cerita
sebenarnya
Aldi J // red