Pengaruh Mie Instan Bagi Kesehatan // Opini Claudiana Vanesa Candri

Opini: Claudiana Venesa Candri

(dok.pribadi)

Mie instan adalah jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Tercatat sekitar 43,7 triliun bungkus mie dikonsumsi setiap tahun. Cara membuatnya sangatlah mudah, dibutuhkan air panas. Untuk jenis mie dalam cup (cup noodle), hanya tinggal dituangi air panas. Biasanya direbuskan dalam air mendidih untuk proses pematangannya. Kelezatan mie instan langsung dirasakan hanya dalam hitungan tiga menit. 

Menurut sejarahnya, mie instan mula-mula tercipta di Jepang pada Perang Dunia II. Tujuannya adalah untuk memenuhi logistik perang. Syarat ransum perang adalah sesuatu yang praktis, tahan lama, dan mudah disiapkan. Bahasa Jepang mie adalah ramen. Mie instan belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit protein, vitamin, dan mineral. Hal yang perlu diingat adalah fungsi pemenuhan kebutuhan gizi dari mie instan dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein. Jenis sayuran yang dapat ditambahkan adalah wortel, sawi, tomat, kol, atau tauge. Sumber proteinnya dapat berupa telur, daging, ikan, tempe, atau tahu. Satu takaran saji mie instan yang berjumlah 80 gram mampu menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20 persen (%) dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Terkadang kurang disadari kandungan minyak dalam mie instan yang dapat mencapai 30 persen (%) bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan. Di samping itu kelebihan lain mie instan adalah keragaman rasa yang dapat ditawarkan produsen. Keragaman rasa ditimbulkan oleh jenis bumbu yang ditambahkan. Rasa mie instan konvensional yang banyak dijumpai adalah soto ayam, kari ayam, ayam bawang, dan bakso. 

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa bahan baku mie dapat didiversifikasi diluar terigu. Bahan baku potensial yang telah ditemukan adalah jagung, umbi-umbian dan sayur-sayuran. Kelemahan dari konsumsi mie instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mie instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang ini yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1,05 persen (%) dari bobot total mie per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang bagi penderita penyakit maag dan penderita hipertensi. Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih. Bagi penderita hipertensi, natrium akan meningkatkan tekanan darah karena ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan. Kelemahan lain mie instan adalah tidak dapat dikonsumsi oleh penderita autisme. Hal ini disebabkan mie instan mengandung gluten, substansi yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh penderita autisme.

Mie instan banyak mengandung kandungan dan zat yang berbahaya yang dapat merusak Kesehatan tubuh. Berikut beberapa kandungan berbahaya yang terdapat dalam mie instan;
1. Kandungan lilin.
Proses pembuatan mie pengawetan dilakukan dengan deep frying yaitu penggorengan dalam minyak panas pada suhu 120-160 derajat celcius selama kurang lebih dua menit sampai kering dan diperoleh kadar air kurang dari 4% sehingga mikroorganisme nggak dapat berkembang biak.

Menurut penelitian di dalam mie instan terdapat kandungan lilin yang berbahaya bagi kesehatan. Kandungan lilin dalam mie instan berguna untuk membuat mie tidak lengket satu sama lain. Kandungan lilin tersebut akan merusak sistem kerja pencernaan dalam tubuh karena baru bisa dicerna oleh tubuh dalam waktu minimal 2 hari. Hal ini didukung oleh penelitian Dr Kuo yang menggunakan kamera berukuran sangat mini untuk melihat apa yang terjadi dengan mie instan di dalam saluran pencernaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mie instan termasuk juga mie ramen asal Jepang, tidak hancur selama dua jam proses pencernaan di dalam tubuh. Bentuk mie yang masih utuh memaksa saluraan pencernaan manusia bekerja ekstra keras untuk memecah makanan tersebut. Bahaya mie instan tetap ada di dalam saluran pencernaan dalam waktu yang lama. 

2. Kandungan Nipagin.
Sudah tidak asing lagi dalam proses pembuatan bumbu-bumbu mie instan menggunakan bahan kimia sebagai pengawet. Pengawet yang paling umum digunakan yaitu asam benzoat dan nipagin. Nipagin biasa digunakan sebagai pengawet dalam pembuatan kecap. Beberapa negara mengizinkan penggunaan nipagin dalam batas maksimum seperti Kanada dan Amerika Serikat. 

Di Indonesia, menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), penggunaan nipagin di Indonesia diatur dalam Permenkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88, tentang bahan tambahan makanan mengizinkan penggunaan nipagin dalam kecap dengan batas maksimum 250 mg/kg (SNI,1999). Ada juga negara yang tidak mengizinkan penggunaan nipagin sebagai pengawet dalam makanan, misalnya Belgia, Prancis, Belanda dan Turki. Kombinasi dari penggunaan asam benzoat dan nipagin sebagai pengawet dalam makanan dapat meningkatkan daya tahan makanan karena peningkatan efek antimikrobanya. Penggunaan nipagin dan garam natrium yang berlebihan akan menimbulkan reaksi alergi pada mulut dan kulit. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan dan analisis kuantitatif terhadap pengawet nipagin dalam makanan secara rutin.

3. Pengawet TBHQ (tertiary-butyl hydroquinone).
TBHQ merupakan bahan kimia yang sering disebut memiliki fungsi sebagai antioksidan. TBHQ ini bukanlah berasal antioksidan alami tapi berasal dari bahan kimia sintesis. Zat ini berfungsi untuk mencegah oksidasi lemak dan minyak, sehingga dapat memperpanjang masa simpan makanan olahan, atau biasa disebut bahan pengawet. Inilah kenapa mie instan bisa awet disimpan dalam waktu yang lama. TBHQ biasa digunakan di dalam makanan olahan instan. Tapi, bahan kimia tersebut juga bisa ditemukan didalam bahan non-makanan, seperti pestisida, kosmetik, dan parfum, karena sifatnya yang bisa mengurangi tingkat penguapan. Kalau TBHQ ada di dalam makanan jelas membahayakan tubuh manusia apalagi kalau anda sering mengonsumsinya, akan mengakibatkan mual disertai muntah, terjadi dering di telinga, mengigau, dan sesak napas.

4. MSG (monosodium glutamat).
Tidak bisa dipungkiri kalau bumbu mie instanlah yang bisa membuat makanan menjadi nikmat dan gurih. Itu semua karena bumbu mie instan mengandung bahan penyedap rasa seperti MSG atau vetsin yang dapat membahayakan kesehatan. MSG dapat menyebabkan disfungsi otak dan kerusakan berbagai organ. Selain itu, zat ini juga dapat menimbulkan sejumlah penyakit, seperti alzheimer, parkinson, dan bahkan penyakit kesulitan belajar.

Ada macam-macam pengaruh buruk dari makan mie instan;

1. Gangguan Pencernaan.
Perlu diketahui bahwa mie instan merupakan makanan yang sulit dicerna, sehingga membuat sistem pencernaan harus bekerja ekstra untuk menghancurkannya.
Itulah mengapa, jika mie instan dikonsumsi rutin dalam seminggu. Efeknya bisa menimbulkan gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, atau kembung.

2. Obesitas.
Terlalu banyak mengonsumsi mie instan dapat berujung pada kondisi obesitas. Perlu diketahui, satu bungkus mie instan rata-rata mengandung 14 gram lemak jenuh. Angka ini sudah memakan sekitar 40 persen (%) dari kebutuhan harian.
Selain itu, mie instan memiliki kalori yang tinggi. Meski mengenyangkan, nilai gizi yang masuk ke tubuh hanya sedikit dan tidak sebanding dengan kalorinya. 

3. Berisiko Kanker.
Mie instan memiliki bahan pengawet agar bisa disimpan lebih lama sebelum di konsumsi. Bahan kimia yang terkandung didalamnya memiliki sifat karsinogenik yang dapat memicu sel-sel kanker.

4. Masalah Jantung.
Setiap dalam kemasan mie instan rata-rata mengandung MSG (monosodium glutamat), natrium, dan kalori tinggi. Kandungan MSG dan natrium bisa memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi hingga masalah gagal jantung.

5. Diabetes.
Mie instan terbuat dari maida, yang merupakan olahan tepung terigu yang sudah proses penggilingan, penghalusan, dan pemutihan.
Maida yang terkandung pada mie instan hanya bahan tambahan yang tidak memiliki kandungan nutrisi apa pun selain kaya rasa. Selain itu, maida memiliki kandungan gula yang tinggi, sehingga konsumsi maida dapat meningkatkan gula darah.
Saat mengkonsumsi maida, pankreas akan melepaskan insulin dengan segera untuk mencernanya, yang seharusnya membutuhkan waktu. Kondisi ini dapat memicu pembengkakan hingga berpotensi terkena penyakit diabetes tipe 2.

6. Gangguan Fungsi Ginjal.
Perasa tambahan pada mie instan memiliki kadar natrium dan kandungan garam yang cukup tinggi, sehingga berdampak buruk pada fungsi ginjal. Apabila jumlah natrium tersebut terus bertambah, yang terjadi adalah penumpukan natrium dalam tubuh dan meningkatkan stroke hingga kanker.

7. Risiko Penyakit Liver.
Mie instan mengandung pengawet dan zat aditif yang bila dikonsumsi terlalu banyak akan menekan kerja organ hati (liver) karena sulit diuraikan. Bila terus dibiarkan, organ hati bisa kewalahan lalu menimbun lemak berlebih dalam selnya sendiri.
Akibatnya, lemak yang menumpuk akan menimbulkan kerusakan pada liver. Fungsi hati yang terganggu juga dapat menyebabkan retensi air serta pembengkakan.

8. Kerusakan Jaringan Otak.
Sering mengonsumsi mie instan bisa menumpuk zat-zat kimia yang berbahaya dalam tubuh. Efek yang dirasakan bisa merusakkan sel-sel jaringan otak. Kerusakkan jaringan otak juga bisa memicu penyakit-penyakit lain seperti stroke atau kelumpuhan.

Ada beberapa cara mengatasi kecanduan dalam mengonsumsi mie instan;
1. Mie Instan Tidak Baik untuk Kesehatan.
Ketika tergoda akan keharuman mie instan dari mana pun, anda perlu menanamkan pemikiran bahwa mie instan tidak baik untuk kesehatan. Berikan sugesti pada diri sendiri bahwa menyantap mie instan sama saja dengan menyantap kalori kosong alias tidak bernutrisi. 

2. Ganti Bumbu dengan Rempah Alam.
Rasa gurih dari mie instan membuat siapa pun tergoda untuk mengkonsumsinya. Namun, sebaiknya anda mengganti bumbu yang ada pada kemasan mie instan dengan bahan-bahan alami, seperti lada, kaldu ayam asli, garam himalaya, kunyit, dan bawang putih, agar rasa mie instan lebih sedap dan pastinya tidak kalah nikmat.

3. Tambahkan Pelengkap yang Bergizi.
Agar lebih mudah mengurangi konsumsi mie instan yang berlebihan, ada baiknya anda menambahkan bahan-bahan pelengkap seperti telur, daging segar, sayur-sayuran, dan lain-lain. Jangan lupa kurangi porsi setiap kali makan. 

4. Ganti dengan Makanan yang Lebih Sehat.
Alasan banyak orang makan mie instan adalah karena proses pemasakannya cepat, mudah, dan harga murah. Padahal, sebetulnya makanan yang instan dan mudah dibuat tidak hanya mie instan. Anda bisa mengganti mie instan dengan sereal gandum, oat cepat saji, atau buah-buahan yang tinggi serat, rendah indeks glikemik, dan tentu saja lebih bergizi.

5. Belajar Memasak.
Belajar memasak dapat membantu mengurangi kecanduan mie instan. Memasak mie instan merupakan cara mudah untuk mengatasi kelaparan anda, maka anda perlu belajar memasak makanan yang sama mudah dan simpelnya seperti mie instan. Jadi, cobalah belajar memasak telur dadar, sup ayam, atau overnight oat agar bila merasa lapar, anda tinggal memasaknya.

6. Hentikan Konsumsi Mi Instan secara Perlahan.
Kurangi frekuensi mengonsumsi mie instan secara bertahap. Misalnya, anda makan mie setiap hari, ubahlah menjadi 2-3 kali dalam seminggu, sampai anda berhasil mengurangi keinginan anda makan mie instan menjadi sebulan sekali.

7. Singkirkan Mi Instan dari Pandangan.
Langkah terakhir ialah, singkirkan mie instan dari pandangan anda. Jangan membeli mie instan dan menyimpannya di rumah atau kamar kos, atau bahkan kantor Anda. 

Saran: Mengonsumsi mie instan dapat membahayakan Kesehatan tubuh. Mie instan juga banyak mengandung zat-zat bahaya yang dapat membuat tubuh kita mudah terserang penyakit. Lebih baik kita mengonsumsi makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat daripada mengonsumsi mie instan.

Oleh "Claudiana Vanesa Candri", Mahasiswa semester II, Program Studi Keperawatan, Universitas Katolik Indonesia St. Paulus Ruteng.



wartatulis

wartatulis

إرسال تعليق

أحدث أقدم

Slider

Recent in Sports

3/recentposts

Wisata

Favourite

News Scroll

Subscribe Us

Pages

Facebook