Oleh Aldi Jemadut
Bapak kepala sekola menitip pesan yang amat tajam untuk ibu Reni dan Satu pesan lelucon yang disampaikan beliau adalah “jangan pernah lupa dengan pak Ciko, juga motor supra x 125 yang penuh inspirasi”.
Benarkah mencintai
seseorang yang betul-betul serius kita cintai berakhir luka? Yeah, bisa jadi
benar. Saya sendiri pernah mengalami hal demikian. Ataukah teman-teman juga
mengalami hal demikian? Demikian pertanyaan menarik ibu Reni
bagi teman yang sekampus dengannya. Setiap hari ibu Reni selalu menggunakan
waktu kosong dengan baik. Ia selalu merangkai kata demi kata hingga menyatu
dalam paragraf yang apik. Begitu banyak orang yang senang dengan
coretan-coretan menariknya melalui media temannya. Rupanya ibu Reni seorang
sastrawan muda. Bukan hanya di media online, media cetak pun penuh dengan
coretan menariknya. Semuanya tentang cinta.
Sebagai sastrawan muda,
Ia tentu memiliki banyak teman, juga banyak orang yang berkenalan dengannya.
Padahal, setiap hari Ia santai-santai saja. Pulang kampus duduk depan teras kos
sambil bertik-tok. Tidak pernah membaca buku.
Baca juga Opini Mengenang Hari Kartini
Suatu ketika, setelah
selesai kuliah di tanah Jawa, Ia pulang kampung. Ia melamarkan diri disalah
satu sekolah menengah atas, sebagai guru sastra. Tentunya ibu Reni diterima,
karena di sekolah tersebut sangat membutuhkan sosok sepertinya. Di sekolah
tersebut, ibu Reni berkenalan dengan banyak guru yang lebih tua darinya. Bahkan
adalah yang lebih kritis dari ibu Reni. Selama mengajar di sekolah tersebut, ibu
Reni selalu diganggu oleh anak murid yang nakal. Mungkin kecantikan ibu Reni,
anak murid selalu menggodainya. Setiap kali ibu Reni mengajar, seorang murid
bernama Rino selalu bermain mata dengannya. Kadang-kadang ibu Reni gagal fokus
dalam mengajar. Rino orangnya suka mengganggu cewek, apalagi orang yang baru di
sekolah tersebut. Tidaklah heran, Rino dan teman-temannya selalu mengganggu ibu
Reni. Bisa jadi, mereka mencoba mental dari ibu Reni.
Ibu Reni hampir putus asa
dan tidak mau melanjutkan mengajar di sekolah tersebut. Ia cape dengan
muridnya.
Kurang lebih, ibu Reni
sudah setahun mengajar di sekolah menengas atas tersebut. Ia berkenalan dengan
seorang guru muda, namanya pak Ciko. Pak Ciko adalah seorang guru muda yang
baru selesai dari kampus ternama di tanah Jawa. Ia seorang guru pendidikan
kewargaan negara atau PKN. Setiap hari ibu Reni dan pak Ciko selalu pulang
bersama dari sekolah. Pak Ciko pun tidak membonceng ibu Reni menggunakan motor supra
x 125. Selama sebulan lebih, mereka pulang dan pergi sekolah selalu
bersamaan. Rupanya mereka berdua sama-sama memiliki perasaan. Takut
mengungkapkan siapa duluan.
Baca juga Puisi Ruteng dan Ceritanya
Waktu itu malam Minggu,
ibu Reni mengirim pesan lewat whatsaap kepada pak Ciko. “Malam kak,
besok kakak ke Gereja? Kalau kakak pergi besok jangan lupa jemput saya em,
ehhehe”, pesan dari ibu Reni untuk pak Ciko lewat whatsaap, ditutupi
emotion smille. “Malam juga ibu, ok ibu besok saya akan jemput. Jangan lupa
poles gincu yang tebal dan ukir alis yang rapi, hehhe”, pak Ciko membalas
dengan sedikit guyonan.
Keesokan harinya, mereka
barengan ke Gereja untuk pergi misa. Mereka menggunakan motor supra x 125 yang
dimiliki pak Ciko, motor melaju pelan di pendakian menuju Gereja, asap motor
tua itupun ikut mengejar mereka pelan pelan.
Hampir setahun lebih
mereka berpacaran. Ibu Reni berpamit dari sekolah menengah atas yang Ia abdi
selama dua tahun. Ibu Reni berpindah tugas yang cukup jauh dari kampung
kelahirannya. Ia salah satu guru muda yang lolos PPPK. Tentu pak Ciko ikut
bangga dan bahagia, disisi lain Ia juga merasa sedih karena ibu Reni berpindah
tugas. Guru yang lain merasa sedih dan tentu mereka juga bangga dan bahagia.
Bapak kepala sekola menitip pesan yang amat tajam untuk ibu Reni dan Satu pesan
lelucon yang disampaikan beliau adalah “jangan pernah lupa dengan pak Ciko,
juga motor supra x 125 yang penuh inspirasi”.
Sebelum ibu Reni pergi
dari rumah menuju tempat baru ia menelpon pak Ciko. Pak Ciko tak kunjung
angkat. Padahal pak Ciko lagi asyik dengan cewek lain di sebuah taman. Rupanya
mantan waktu kuliahnya di tanah Jawa. Ibu Reni telepon tanpa hanti,
namun pak Ciko malah menolaknya dan arsip semua chat whatsaap dari ibu
Reni.
Hari mau pagi, ibu Reni
bangun untuk membantu ibunya. Ia melihat meraip handphone miliknya
diatas meja belajar dalam kamarnya. Ia melihat tujuh pesan masuk dari teman
gurunya. Pesan masuk tersebut berupa foto-foto kemesraan pak Ciko dengan cewek
barunya. Foto-foto yang membuat ibu Reni menangis dan menyesal campur kecewa.
Hari yang cerah berubah jadi mendung. Ibu Reni tidak keluar kamar seharian. Ia
cukup kecewa dengan pak Ciko. Padahal baru sehari tidak jalan bersama, lalu Ia
dengan cewek lain. Ibu Reni tentu menghapus semua foto kemesraan bersama pak
Ciko. Bahkan ibu Reni mengambil dan membakar semua foto pak Ciko yang
bergantung rapi dalam kamarnya. Baju, sepatu, dan semua barang yang diberikan
pak Ciko, Ia membakarnya tanpa sisa satu pun. Ibu Reni sangat kecewa. Boleh
sayang-sayang tapi berakhir luka.
Jangan lupa share dan tinggalkan jejak di kolom komentar. Terima kasih!!!